Menjadi Seorang Pengajar Tidaklah Mudah

Pengajar muda back

Menjadi pengajar tidaklah mudah

Pada artikel kali ini, saya ingin sekadar sharing apa yang sedang ada dalam benak saya. Ya, sesuai dengan judulnya yaitu Menjadi Seorang Pengajar Tidaklah Mudah. Di tengah zamannya yang serba gadget dan informasi yang kian cepat, seorang pengajar dituntut untuk menjadi seorang yang sentral sebagai tenaga pendidik dan bertanggung jawab terhadap siswanya.

Sedikit mengutarakannya, pada artikel ini saya akan mulai unek-unek saya ini dengan sebuah perbedaan sudut pandang, yaitu Pengajar bukanlah satu-satunya yang harus bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar. Menjadi seorang pengajar bukanlah perkara mudah, entah itu guru atau dosen. Seorang pengajar juga harus memiliki kriteria latar belakang pendidik yang sesuai dengan bidangnya dengan harapan ilmu yang diajarkan nantinya bisa maksimal.

Namun dari sebuah profesi itu perlu dicermati jika proses pengajaran tidak hanya terfokus bagaimana cara mengajarkan kepada siswanya. Sejatinya  proses pengajaran terdiri dari dua instrumen, yaitu pengajar dan siswa. Di mana siswa juga memiliki peran penting untuk menyerap ilmu yang diajarkan. Perkembangannya sejauh in, saya yakin jika kurikulum baru telah memberikan kesempatan kepada orang tua untuk ikut andil dalam proses ini. Baik dalam proses mendampingi siswa dalam belajar, mendukung segala aktivitas dalam pembelajaran dan mendidik karakter siswa. Menurut saya, orang tua juga memiliki peran penting demi terciptanya proses pembelajaran yang maksimal.

Bukan dalam taraf, semua dilimpahkan kepada pengajar karena orang tua sudah melakukan kewajibannya, yaitu membayar sekolah atau kursus. Sesungguhnya proses pembelajaran akan berasa maksimal jika siswa juga diajarkan bagaimana menyerap ilmu dari pengajar. Karena setiap pengajar memiliki cara atau pola pengajaran sendiri. Begitu pula dengan proses penyerapan ilmu itu sendiri. Sebuah nilai plus jika siswa juga telah diajarkan sejak dini sebelumnya akan pentingnya memahami karakter pengajar yang berbeda. Tidak hanya terfokus pada pertanyaan materi apa yang akan didapatkan? Melainkan bagaimana memahami materi yang akan disampaikan?

 

A photo posted by Okta W (@tangguh_ow) on

 

Jadi bukan hanya berjalan satu arah dalam proses tersebut. Kapasitas siswa juga menentukan berapa persen ilmu yang telah ia serap sesaat setelah pengajar selesai mengajar. Pembentukan karakter ini insyaallah sangat membantu kedepannya dalam beradaptasi saat proses belajar mengajar berlangsung. Membuat siswa semakin peka akan bagaimana menyikapi pengajar yang berbeda-beda dalam mengajar.

Apakah Anda setuju ? Yuk sharing pengalaman Anda disini 🙂